Rabu, 07 Desember 2011

Minggu, 04 Desember 2011

PENGUMUMAN

MOHON MAAF VIDEO LATIHAN AMBULASI BELUM BERHASI SAYA POSTING KARENA TEKNIS, MAHASISWA YANG MEMBUTUHKAN BISA LANGSUNG HUB SAYA..

Rabu, 23 November 2011

Senin, 06 Juli 2009

Askep kebutuhan Oksigenasi



PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia


2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam's apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya

PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

VIII. RENCANA KEPERAWATAN
1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal
B. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik
• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi dan latihan
D. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
E. Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2. Mobilisasi sekresi paru
A. Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental
B. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
C. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)
5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.

Minggu, 21 Juni 2009

Minggu, 17 Mei 2009

KONSEP KELUARGA

Joko Tri Haryanto, SKep.Ns


I. PENGERTIAN
Ada beberapa pengertian keluarga menurut para ahli, yaitu :

· DUVALL & LOGAN (1986)
Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan , kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental , emosional serta sosial dari tiap-tiap anggota keluarga.

· DEPKES RI (1988)
Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

· BAILON & MAGLAYA (1989)
Dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah , hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga , berinteraksi satu sama lain serta mempertahankan kebudayaan.


KESIMPULAN DARI PENGERTIAN KELUARGA
1. Unit terkecil masyarakat.
2. Terdiri dari dua aatau lebih individu yang diikat oleh darah , perkawinan atau adopsi.
3. Berinteraksi diantara sesama anggota dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, isteri. Anak , kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan :
· Menciptakan dan mempertahankan budaya
· Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial.
5. Hidup dalam satu rumah tangga, dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.


II. STRUKTUR KELUARGA

PATRILINEAL
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

MATRILINEAL
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

MATRILOKAL
Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

PATRILOKAL
Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

KELUARGA KAWINAN
Hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami / isteri

III. TYPE / BENTUK KELUARGA.

A.TRADISIONAL

INTI (NUCLEAR FAMILY)
Keluarga terdiri dari ayah ibu, dan anak-anak.

BESAR (EXTENDED FAMILY)
Keluarga inti ditambah sanak saudara misal: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain lain

BERANTAI (SERIAL FAMILY )
Keluarga yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

DUDA / JANDA ( SINGLE FAMILY)
Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

BERKOMPOSISI ( COMPOSITE )
Keluarga yang perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama

KABITAS (CAHABITATION)
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga

DYAD
Rumah tangga yang terdiri dari suami isteri tanpa anak

USILA
Keluarga yang terdiri dari suami interi yang berusia lanjut.


B. Non TRADISIONAL

COMMUNE FAMILY
Lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah

HOMOSEXSUAL /LESBIAN
Dua individu yang sejenis hidup, bersama dalam kelurga.

ALASAN MENGAPA KELUARGA PERLU DIPELAJARI
1. Keluarga sebagai suatu system
2. ada hubungan erat status kesehatan dengan keluarga
3. penemuan kasus penyakit pada salah satu anggota keluarga merupakan gambaran kesehatan keluarga
4. dapat diketahui fungsi-fungsi keluarga
5. merupakan kelompok penerus yaitu mentoleransi, mengoreksi, dan mencegah masalah kesehatan
6. memberikan kekuatan penting terhadap lingkungan
7. pengambil keputusan tentang kesehatan dan perawatan sendiri
8. saluran efektif untuk perawatan kesehatan komunitas


STRUKTUR KELUARGA

1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak-saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur kasih ibu.
3. Matrilokal adalah suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal sedarah keluarga suami.
5. Keluarga Kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
- ANDERSON CARTER
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada Keterbatasan : setiap anggota mempunyai kebebasan tetapi mereka juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

- FRIEDMAN, 1988
1. Struktur Komunikasi : jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, ada hirarki kekuatan.
2. Struktur Peran : serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi social yang diberikan.
Peran: - formal misalkan peran ayah sebagai suami dari ibu
- informal misalkan peran ayah sebagai kepala keluarga
3. Struktur Kekuatan : kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mengubah perilaku orang lain.
- Legitimate Power (Hak) setiap anggota keluarga punya hak untuk mengontrol perilaku anggota keluarga yang lain.
- Referent Power (Ditiru) seorang anak cenderung meniru kebiasaan orang tua
- Expert Power (Keahlian) seorang anak cenderung mewarisi keahlian orangtuanya
- Reward Power (Hadiah) merubahan perilaku dengan pemberian penghargaan / hadiah
- Coercive Power (Paksa) mengontrol perilaku dengan paksaan.
- Affektif Power ( kasih sayang ) mengontrol perilaku dengan memberi perhatian dan kasih saying.
4. Nilai atau norma keluarga : system ide-ide, sikap, dan keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.
Norma : Pola perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu.


IV. FUNGSI KELUARGA ( FRIEDMAN, 1986)

FUNGSI AFEKTIF
Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan adalah kebahagiaan dan kegembiraan seluruh anggota keluarga. Dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga sehingga terbentuk konsep diri yang positif.

REPRODUKSI
Meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia

EKONOMI
Memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makan, pakaian, rumah.

FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN
Melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Ada 5 tugas kesehatan keluarga (FRIEDMAN 1998) :

Mengenal masalah kesehatan
Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
Mempertahankan/menciptakan suasana rumah yang sehat.
Mempertahankan hubungan dengan dan atau menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.


B. AHLI LAIN

Ahli lain mengatakan ada 8 fungsi keluarga yaitu :

PENDIDIKAN
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

SOSIALISASI ANAK
Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Mempersiapkan menjadi anggot masyarakat yang baik.

PERLINDUNGAN
Melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan aman.

PERASAAN DAN PSIKOLOGIS
Menjaga secara instuisif, merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama yang lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga,memberikan kasih saying dan rasa nyaman, perhatian diantara anggota keluarga, memberikan identitas diri dan membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga.

RELIGIUS
Memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

EKONOMIS
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (biaya pendidikan anak, jaminan hari tua)

REKREATIF
Rekreasi tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggota keluarga. Rekreasi dapat dilakukan di rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing.


BIOLOGIS
Meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga


· FUNGSI POKOK KELUARGA: ASIH, ASAH dan ASUH

1. ASIH
Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.


2. ASUH
Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak yang sehat baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.

3. ASAH
Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

V. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
(DUVALL & MILLER dalam FRIEDMAN 1998)

TAHAP I : PASANGAN / KELUARGA BARU (BEGINNING FAMILY)
Membina hubungan intim yang memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki anak.

TAHAP II KELAHIRAN ANAK I / CHILD BEARING
KELAHIRAN ANAK I SAMPAI DENGAN 30 BULAN
Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga , peran, interaksi, hubungan seksual.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

TAHAP III : KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH(FAMILIES WITH PRESCHOOL)
ANAK I BERUSIA 2,5 S/D 5 TAHUN.
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
Membantu anak bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga dan lingkungan.
Pembagian waktu untuk individu , pasangan dan anak
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.


TAHAP IV : KELUARGA DENGAN ANAK SEKOLAH ( families with school children)
ANAK I USIA 6 S/D 12 TAHUN
Membantu sosialisasi anak tetangga , sekolah, dan lingkungan.
Mempertahankan keintiman pasangan
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat , termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kebutuhan kesehatan anggota kelurga.

TAHAP V :KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA (FAMILIES WITH TEENAGERS)
ANAK I USIA 13 S/D 21 TAHUN ( SAAT ANAK MENINGGALKAN RUMAH ORANG TUA ).
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua . Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk pertumbuhan dan perkembangan keluarga.

TAHAP VI : KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA( PELEPASAN)/ LAUNCHING CENTER FAMILIES
DIMULAI DARI ANAK TERAKHIR MENINGGALKAN RUMAH.
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Membantu orang tua suami / isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
Penataaan kembali peran dan kegiatan rumah tangga,

TAHAP VII. KELUARGA USIA PERTENGAHAN. (MIDDLE AGE FAMILIES)
ANAK TERAKHIR MENINGGALKAN RUMAH DAN BERAKHIR SAAT PENSIUN ATAU SALAH SATU PASANGAN MENINGGAL.
Mempertahankan kesehatan
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak.
Meningkatkan keakraban pasangan.

TAHAP VII : KELUARGA USILA (OLD AGE FAMILIES)
SALAH SATU PASANGAN PENSIUN , BERLANJUT SALAH SATU PASANGAN MENINGGAL SAMPAI DENGAN KEDUANYA MENINGGAL.
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
Mempertahankan hubungan dengan aanak dan sosial masyarakat.
Melakukan “life review”



CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA

Suami sebagai pengambil keputusan
Merupakan suatu kesatuan yang utuh
Berbentuk monogram
Bertanggung jawab
Pengambil keputusan
Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
Ikatan kekeluargaan sangat erat
Mempunyai semangat gotong royong.



POLA KEHIDUPAN KELUARGA INDONESIA

PEDESAAN
Tradisional
Agraris
Tenang
Sederhana
Akrab
Menghormati orang tua.

PERKOTAAN
Dinamis
Rasional
Konsumtif
Demokratis
Individual
Terlibat kehidupan politik



PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA DI INDONESIA BERDASARKAN UU NO 10 TH 1992 DAN GBHN 1993


Keluarga sejahtera :

Keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah , mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Fungsi Keluarga Sejahtera :

Fungsi Keagamaan
Keluarga dikembangkan untuk mampu menjadi wahana yang pertama dan untuk membantu seluruh anggota melaksanakan ketuhanan YME dengan penuh imtaq terhadap Tuhan YME

Fungsi Sosial Budaya
Keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional yang luhur dan bermartabat.

Fungsi Cinta Kasih
Keluarga menjadi wahana yang utama untuk menumbuhkan cinta kasih antar sesama anggota, antar orang tua dan pasangannya, antar anak dengan orang tua, antar sesama anak-anaknya.

Fungsi Perlindungan
Keluarga menjadi pelindung yang utama dan kokoh dalam memberikan
kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak dan keturunannya.

Fungsi Reproduksi Sehat
Keluarga menjadi pengatur reproduksi keturunannya secara sehat dan berencana sehingga anak bangsa ini dapat dihasilkan dengan kualitas yang prima karena anak kita dikemudian hari adalah anak Indonesia yang handal.




Fungsi Sosialisasi dan pendidikan
Keluarga berfungsi sebagai sekolah dan guru yang utama dan utama dalam mengantarkan anak-anak untuk menjadi panutan masyarakat luas dan dirinya sendiri.

Fungsi ekonomi
Keluarga menyiapkan diri untuk menjadi sub bagian yang mandiri dan tanggap untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin dengan penuh kemandirian dan ketanggapan yang membanggakan.

Fungsi pelestarian lingkungan
Keluarga siap dan sanggup untuk memelihara kelestarian lingkungabn untuk memberikan yang terbaik untuk anak dan cucunya di masa yang akan datang.


INDIKATOR KELUARGA SEJAHTERA

Keluarga pra sejahtera
Keluarga belum dapat memberikan kebutuhan dasar minimumnya. Keluarga yang tidak mampu memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I

Keluarga sejahtera I
a. Keluarga belum dapat memberikan kebutuhan dasar minimumnya dalam hal sandang, papan, pangan dan pelayanan kesehatan yang sangat dasar.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 X sehari/lebih
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian.
d. Bagian yang terluas di lantai rumah bukan dari tanah
e. Bila anak sakit dibawa ke sarana/petugas kesehatan/diberi pengobatan moden.

Keluarga sejahtera II
Keluarga ini dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi pengembangannya.
Syarat keluarga sejahtera I (a – e )
Paling kurang sekali dalam seminggu menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk.
Seluruh anggota keluarga paling kurang satu stel pakaian baru satu tahun terakhir.
Luas lantai rumah paling kurang 8 meter untuk setiap penghuni rumah.
Seluruh anggota keluarga yang berumur di bawah 60 tahun dewasa ini bisa membaca tulisan latin
Seluruh anak berusia 6 – 12 tahun bersekolah saat ini.
Paling kurang 1 orang anggota keluarga yang berumur 25 tahun ke atas mempunyai pekerjaan tetap.
Seluruh anggota keluarga dalam 1 bulan terakhir dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan fungsi/peran masing-masing.
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.

Keluarga sejahtera III
Syarat keluarga sejahtera II (a – i)
Anak hidup paling banyak 2 orang atau bila lebih dari 2 orang keluarga PUS memakai kontrasepsi pada saat ini.
Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
Keluarga biasanya makan bersama paling kurang sehari sekali.
Keluarga biasanya ikut serta dalam kegiatan masyarakat dalam lingkungan tempat tinggal.
Keluarga mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang sekali dalam sebulan.

Keluarga sejahtera III plus
Keluarga yang jelas dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan sosial, psiko, kebutuhan pengembangan dan sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu.



STRUKTUR KELUARGA (FRIEDMAN, 1988)


Pola dan Proses Komunikasi.
Komunikasi keluarga : berfungsi/tidak berfungsi.
Komunikasi yang berfungsi :
a. karakteristik pengirim :
- yakin mengemukakan sesuatu
- Jelas dan berkualitas
- Meminta umpan balik
- Menerima umpan balik
b. Karakteristik Penerima :
- Mendengar
- Umpan balik ( klarifikasi)
- Validasi
c. Pola interaksi yang berfungsi :
- Emosional
- Komunikasi terbuka, jujur
- Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
- Konflik keluarga dan penyelesaian

Komunikasi yang tidak berfungsi
a. Korekteristik tidak berfungsi
- Fokus pada seseorang
- Total agreement : tidak mengemukakan pendapat
- Kurang empati
b. Pengirim yang berfungsi
- Asumsi
- Ekspresi perasaan
- Jadmental Expresion
- Tak mampu mengemukakan kebutuhan
- Komunikasi tidak sesuai
c. Penerima yang tak berfungsi
- Gagal mendengar
- Diskualifikasi
- Offensif ( bersifat negatif )
- Kurang mengeksplorasi
- Kurang validasi


STRUKTUR PERAN
Peran : serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan
Peran : a. Formal : Suami, isteri, orang tua
- Pengasuh
- Pemelihara rumah
- Pemberi
- Seksual
b. Informal : Inisiator, dominator, koordinator, anggota masyarakat, dll.


PERANAN KELUARGA
Menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal , sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

PERAN AYAH :
a. Sebagai suami
b. Kepala keluarga
c. Pendidik
d. Sbg Anggota Kelompok sosial dan masyarakat
e. Ayah
f. Pencari nafkah
g. Pelindung dan pemberi rasa aman.

PERAN IBU :
a. Sebagai isteri dan ibu bagi anak
b. Pendidik dan pengasuh anak
c. Mengurus rumah tangga
d. Pelindung dan pemberi rasa aman.
e. Pencari nafkah tambahan
f. Sebagai anggota kelompok sosial dan masyarakat.

PERAN ANAK :
a. Mempelajari peran sosial yang cocok baginya di keluarga dan masyarakat
b. Mempelajari keseimbangan SELF ESTEEM. ( Kepercayaan pada diri sendiri )
c. Belajar pada orang tua tentang aturan , nilai, norma, perilaku dan tata cara hidup bermasyarakat..


3. STRUKTUR KEKUATAN.
Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.
Power = otoritas= dominan= pengaruh.
Macam struktur kekuatan :
- Legitimate power / authority ( pengaruh)
- Referent power ( ditiru)
- Resource / expert power ( ahli)
- Reward power (penghargaan)
- Coercive power (memaksa )
- Information power ( penerangan )
- Afective power ( sikap )


STRUKTUR NILAI
Struktur nilai adalah sistem ide-ide , sikap dan keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.

Norma : pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu : sesuai dengan nilai.
ê
ada aturan dan kebiasaan keluarga

KELUARGA RESIKO TINGGI

Faktor penyebab Resiko tinggi
Faktor Penyebab
v Kemiskinan
v Lingkungan kurang sehat
v Perilaku dan gaya hidup yang merugikan kesehatan
v Kebodohan
v Kecacatan fisik dan mental.
v Penyakit menular dan kronis

Keluarga Resiko Tinggi sbg Prioritas dlm Perawatan Kesh Keluarga
l Prioritas masalah
Kesehatan ibu dan anak , serta anggota keluarga dengan penyakit menular akut.

Lingkaran Setan Kemiskinan Dan Sakit
Penghasilan Rendah
Sanitasi jelek, Gizi
Kurang, Pendidikan rendah,
Kebiasaan kesehatan jelek
Produktivitas berkurang
Tubuh mjd lbh peka thd
penyakit
Daya tahan thd penyakit
menurun
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS
Oleh : Joko Tri Haryanto, SKep.,Ns


DEFINISI
Kelompok khusus
Adalah sekelompok masyarakat atau individu o/k keadaan fisik, mental , social, budaya dan ekonomi perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pely kes dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.


Perawatan Kelompok Khusus
Adalah suatu upaya dibidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok – kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut, yang dilaksanakan secara terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kepada kelompok – kelompok yang ada di masyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.

Tujuan Umum
Adalah untuk meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka sendiri ( self care ) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak lain.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis dan tipe kelompok
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan / kesehatan yg mereka hadapi
3. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan
4. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam pemeliharaan kesehatan mereka sendiri.
5. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
6. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus
7. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan

Sasaran
1. Institusi – institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
2. Pelayanan kelompok khusus yang ada dimasyarakat

Pelayanan Kelompok Khusus di Institusi
1. Pelayanan terhadap lembaga – lembaga social kemasyarakata yang menyelenggarakan pemeliharaan dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu :
· Panti wreda
· Panti asuhan
· Pusat Rehabilitasi Anak cacat
· Penitipan Balita
Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi adalah meliputi :
· Penghuni panti
· Petugas panti
· Lingkungan panti

2. Pelayanan Kelompok Khusus di masyarakat
Dilakukan melalui kelompok – kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat

Klasifikasi
Akibat pertumbuhan dan perkembangannya
· Kelompok ibu hamil
· Kelompok ibu bersalin
· Kelompok ibu nifas
· Kelompok bayi dan anak balita
· Kelompok anak usia sekolah
· Kelompok usia lanjut

Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan diantaranya adalah :
1. Penderita penyakit menular
· Kelompok penderita penyakit kusta
· Kelompok penderita penyakit TBC
· Kelompok penderita Aids
· Kelompok penderita Penyakit kelamin ( GO, Sypilis )


2. Penderita penyakit tidak menular
· Kelompok Penderita Penyakit DM
· Kelompok Penderita penyakit Jantung
· Kelompok penderita penyakit stroke

3. Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi
· Kelompok cacat fisik
· Kelompok cacat mental
· Kelompok cacat sosial

4. Kelompok khusus yang mempunyai resiko terserang penyakit
· Kelompok wanita tuna susila
· Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika
· Kelompok kelompok pekerja tertentu.

Ruang Lingkup Kegiatan
Mencakup upaya – upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif, melalui kegiatan – kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut :
· Pelayanan kesehatan dan keperawatan
· Penyuluhan kesehatan
· Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas panti
· Penemuan kasus secara dini
· Melakukan rujukan medik dan kesehatan
· Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat.
· Alih teknologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti, kader kesehatan.
Prinsip Dasar
1. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus
2. Menekankan kepada upaya preventif dan promotif
3. Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara konsisten dan berkesinambungan.
4. Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok sebagai subjek maupun objek pelayanan.
5. Dilakukan di institusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kelompok khusus
6. Ditekankan kepada pembinaan perilaku penghuni panti, petugas panti, lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama ke arah perilaku sehat.


Tahap – tahap perawatan kelompok khusus
1. Tahap persiapan
· Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada di masyarakat dan jumlah panti atau pusat – pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
· Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus dan khusus yang ada di masyarakat.
· Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti / institusi melalui pengumpulan data.
· Menganalisa data kelompok khusus di masayarakat dan di institusi.
· Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus di masyarakat dan diinstitusi
· Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah kesehatan / keperawatan kelompok khusus melibatkan kader kesehatan dan petugas panti.

2. Tahap perencanaan
Menyangkut :
· Jadwal kegiatan
· Jadwal kunjungan
· Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan

3. Tahap Pelaksanaan
· Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti
· Pelayanan kesehatan dan keperawatan
· Penyuluhan kesehatan
· Imunisasi
· Penemuan kasus dini
· Rujukan bila dianggap perlu
· Pencatatan dan pelaporan

4. Penilaian